Akhirnyaaa, kesampean juga mengunjungi Purwokerto, horeeee! Yess, beberapa bulan belakangan ini gw kok pengen ke Purwokerto ya. Apa sebabnya? Pertama, karena temen seruangan gw orang asli sana, gw jadi penasaran kaya apa sih kotanya. Walhasil banyak googling dan menemukan banyak tempat dan kuliner yang ternyata menarik banget. Kedua, mungkin karena gw banyak cari info tentang Purwokerto, akhirnya di feeds IG gw banyak muncul akun-akun yang kontennya seputar Purwokerto. Makin dilihat, makin penasaran gw. Maka akhirnya sampai pada keputusan mau jalan-jalan ke Purwokerto. Selain Purwokerto, gw juga pengen main ke Purbalingga dan Kebumen.
Lalu, gw dan Mas Dedy mencari waktu kira-kira kapan tanggal baik untuk merealisasikan perjalanan ini. Oiya ini kami dalam skema roadtrip ya, udah lumayan lama gak roadtrip semenjak pandemi. Akhirnya, long weekend di akhir Mei lah pilihannya. Kami pergi 24-25 Mei 2024. Here’s the story.
Jumat, 24 Mei 2024
Yeaayyy berangkaattt yuukk.. Kami berangkat sekitar jam 6 pagi. Estimasi sampe Purwokerto setelah jam makan siang. Alhamdulillah cuaca cerah dan jalanan lancar. Sekitar jam 9an kami berhenti di rest area 166A Tol Cipali buat sarapan. Tadinya mau sarapan di Cirebon, tapi kayanya agak buang waktu karena harus keluar tol. Rest area to the rescue. Sambil istirahat, sambil sarapan. Kami memilih untuk sarapan di sebuah kedai namanya Empal Gentong H. Irwan. Kami pesan dua empal gentong + nasi dan seporsi tahu gejrot. Sedeppp euyy…
Setelah kenyang kami lanjut perjalanan. Untuk menuju Purwokerto sayangnya gak bisa dilalui tol terus. Kami keluar di pintu tol Pejagan, Kabupaten Brebes. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan melalui jalan biasa melewati Songgom, Bumiayu, Ajibarang, hingga sampai ke Purwokerto. Sepanjang jalan tersebut, ada yang jalannya agak rusak, ada juga bagian yang bagus. Tapi teteuupp ketemunya ya sama bus dan truk yaa, jadi tetep hati-hati nyetirnya.
Sebelum masuk ke Kota Purwokerto, karena udah terlalu laper, sekitar pukul 13.30 kami mampir ke Desa Langgongsari, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, buat makan di sebuah warung sate yang cukup popular yaitu Sate Wringin. Jarak dari Sate Wringin ke Purwokerto, lebih kurang 25 menit.
Pas sampe ke Sate Wringin, kok sepi bangettt. Kirain tutup tapi ternyata buka kok. Cuma kok kebetulan banget pas kami dating tuh gak ada yang lagi makan di sana. Kalau liat IG-nya, rame terus soalnya. Pengelolaan IG-nya pun menurut gw bagus dan cukup konsisten dalam mengunggah konten. Kalau makan di sini, gak usah khawatir gak ada parkiran. Lahan parkirnya luas banget karena berada di area kebun duren. Tipikal resto ruang terbuka jadi adem, ditambah area yang rindang pepohonan. Kami lalu pesan sate ayam, sate kambing, tempe mendoan, dan tongseng kambing.
Sate-satenya menurut gw agak unik karena sepertinya tidak dibakar menggunakan bumbu, ala taichan kayanya. Sate kambingnya disajikan di hotplate polosan. Kecap beserta bawang merah, cabe rawit, dan tomat potong disajikan dalam wadah terpisah. Untuk tekstur dagingnya empuk dan tidak beraroma prengus. Gw suka masakan kambing yang tidak prengus. Sementara sate ayam disajikan dalam piring dan sudah dalam keadaan tersiram bumbu kacang. Tapi kalau gw hilangkan bumbunya, tampak potongan daging ayam yang juga dimasak tanpa bumbu. Bumbu kacangnya gurih manis, enak menurut gw. Yang berbeda adalah si bumbu kacang yang tekstur kacangnya masih berasa. Jadi, si kacang memang diulek kasar sehingga masih terlihat wujudnya dan pas digigit masih ada sensasi kriuk kacangnya. Terakhir, untuk si tongseng kambing, kuahnya seger gurih manis ada pedesnya. Masih dengan daging kambing yang empuk dan tidak prengus ini. Yang mesti dicari tahu adalah merk kecapnya. Kayanya ada sedikit rasa khas di kecapnya, Seperti layaknya kekhasan rasa kecap dari beragam daerah produsen kecap di Indonesia. Oiya, untuk harga, terjangkau yaa.
Kalau mau kesana, ini alamatnya ya
Lanjuuttt.. abis makan kenyang kami langsung gas ngeeeng menuju Purwokerto. Gak pake lama, 20 menit kemudian kami sudah sampai di Purwokerto. Horeee akhirnya kesampaian main ke sini. Sebelum check in hotel, kami sempatkan dulu main ke Alun-alun Purwokerto. Wajib yaaa, hahahaha kudu mandatory photo juga di papan tulisan “Purwokerto” sebagai tanda valid dan sah menginjakan kaki di Ngapak City 😀
Salah satu tujuan utama gw ke Purwokerto adalah rasa penasaran pada sebuah bangunan ikonik di sini yaitu makam yang terletak di tengah jalan. Iyaa, ada makam di tengah jalan utama Purwokerto dan letaknya deket banget dari alun-alun. Dari tempat mobil parkir, gw hanya perlu berjalan kaki sekitar dua menit untuk menuju lokasi makam.
Berikut lokasinya
Dari beberapa sumber yang gw baca, tidak banyak yang tahu pasti kebenaran kisah sejarah dari makam tersebut. Kisah yang beredar hanya bersumber dari cerita para sesepuh. Dari beberapa versi yang banyak dikisahkan, terdapat satu versi yang cukup dipercaya sebagai asal muasal keberadaan makam tersebut.
Alkisah ada sesosok sepuh sakti bernama Ragasemangsang. Saking saktinya, ia tidak bisa terbunuh, kecuali jika tubuhnya dipotong menjadi beberapa bagian. Namun, tubuh yang terpotong tersebut juga tidak boleh menyentuh tanah. Jika menyentuh tanah, maka bagian tubuh yang telah terpotong dipercaya akan menyatu kembali.
Pada suatu masa, Ragasemangsang berkelahi dengan Raden Pekih. Ia kalah dan terluka parah. Lalu agar dapat meninggal sempurna, tubuhnya digantung agar tidak menyentuh tanah. Setelah meninggal, baru jasadnya dikuburkan. Wallahualam. Selain kisah tersebut, ada juga yang mempercayai bahwa bangunan yang terletak di tengah jalan tersebut, dulunya adalah petilasan untuk Ragasemangsang bertapa. Di balik banyak versi kisahnya, bangunan makam tersebut saat ini masuk dalam bangunan cagar budaya dan masih dipercaya sebagai pelindung dari marabahaya untuk area sekitarnya. Selain itu, juga menjadi sebuah bangunan ikonik dan daya tarik wisata untuk Purwokerto.
Setelah puas keliling alun-alun, kami kemudian mampir sebentar ke kedai es krim legendaris. Apakah ada yang tahu Es Brasil? Es mambo yang bisa ditemui di beberapa supermarket ibukota dengan rasa Rujak dan Kacang Ijo sebagai varian yang paling populer. Gw baru tauuuu ternyata es ini berasal dari Purwokerto dan sudah beroperasi sejak 1968. Kedai, menu, rasa, dan gaya penyajian es krimnya khas jadoel banget mengingatkan gw pada beberapa kedai es krim jadoel lain seperti Ragusa, Oen, dan Zangrandi. Namun karena masih kenyang sama Sate Wringin, maka di sini kami hanya pesan dessert aja karena mereka juga ada menu ramesan nasi.
Kalau mau mampir juga, ini alamatnya
Okee udah makan siang, udah nge-dessert, it’s time to go to hotel. Kami nginep di Hotel Surya Yudha, hotel Bintang 3 yang berlokasi di Jl. Gerilya. Kami pesan deluxe room dengan harga sekitar Rp600.000/malam (termasuk pajak dan sarapan untuk 2 orang). Kamarnya bersih dan nyaman, staf hotel ramah, luas areanya juga mayan gede. Puas-puas aja nginep di sini. Kami check in sekitar pukul 16.00. Mandi dan istirahat sebentar untuk kemudian lanjut cari makan malam.
Siapa tahu ada yang mau nginep di sini juga, boleh langsung meluncur
Pilihan makan malam kami jatuh pada resto Djago Jowo, resto lokal speasialis ayam kampung pejantan. Bangunan restonya dibuat seperti pawon joglo khas Jawa. Suasana resto malam itu rame banget, mungkin karena habis hujan juga ya orang berbarengan waktu cari makannya. Keramean ini akhirnya mengakibatkan serving time yang lumayan lama. Udah gitu, ada beberapa menu yang setelah dipesan ternyata sudah sold out. Dari sekian menu yang kami pesan, akhirnya yang keluar Tempe Mendoan, Ayam Goreng Jowo Ageng, Tumis Pare, sama Lodeh Welok. Secara rasa okee, enakk, kusukaa.. Ayam gorengnya gede bener ternyata ayam pejantan tuhh hahahaha… Cuma sayang serving time-nya aja.
Kalau penasaran pengen lihat segede apa ayam pejantannya, cuss langsung cobain lur
Akibat masih agak kurang puas makannya, gw menyempatkan beli cemilan yaitu Panties Pizza. Seneng dan gak nyangka nemu Panties Pizza di Purwokerto. Dulu gw suka beli karena ada cabang di Margonda. Tapi setelah cabangnya tutup, gw gak tau nyari kemana lagi sampai akhirnya nemu di Purwokerto. Gak mungkin gw sia-siakan. Well, let’s go back to hotel and have a rest. See you tomorrowwwww!!
Sabtu, 25 Mei 2024
Selamat pagiii Purwokerto hihihihihi… Kemana kita hari ini yaaa… Setelah sarapan secukupnya di hotel, kami langsung check out. Mau beli oleh-oleh dulu pagi ini. Ada rekomendasi di Pusat Oleh-oleh Ny. Sutrisno. Kami coba ke sana tapi kok parkirannya agak susah ya. Sebenernya dia ada lahan khusus parkir tapi kaya lagi dibenerin karena ditutup terpal. Karena repot, akhirnya kami batal jajan di sini.
Tujuan kami berikutnya adalah toko roti legendaris di Purwokerto. Digadang-gadang toko roti ini adalah toko roti pertama di Indonesia. Namanya Toko Roti Go dan sudah beroperasi sejak 1898. Bayangiinnn bahkan belum masuk ke tahun 1900-an. Masih beroperasi pun sampai sekarang. Kurang legend apa coba. Buka pukul 08.00, Toko Roti Go menyajikan varian roti dengan isian khas Belanda seperti kacang merah, mix fruit, coklat, dan lainnya. Varian rasa rotinya banyak. Bakal bingung mau beli yang mana. Mereka juga punya aneka kue kering dan beberapa jajanan oleh-oleh. Untuk rasa rotinya enak. Adonannya lembut, filling rasanya berasa. Oke banget buat oleh-oleh. Mereka punya paket boks roti jadul Rp60.500 isi 12 pcs. Best deal, kan?
Yang penasaran pengen coba juga kalo lagi ke Purwokerto, berikut gw lampirkan alamatnya ya
Lanjut, kami cari opsi daerah oleh-oleh lainnya dan dapat rekomendasi di daerah Jl. Sawangan. Di sana berjejer toko oleh-oleh. Pilihan toko kami jatuh ke Toko Sawangan No. 1. Asli ini random banget milih tokonya hahahaha.. Di sini kami beli getuk goreng, kripik tempe, jenang, sama sambel kecap mendoan. Okee, sudah cukup oleh-olehnya.
Alamatnya ini ya
Selain beli oleh-oleh makanan, kami juga menyempatkan mampir ke toko batik, buat cari batik khas Purwokerto. Dari hasil googling, kami akhirnya memutuskan buat mampir ke Sekar Jagad Batik & Gallery. Di sini kami membeli kain batik warna merah buat sarimbitan. Ini alamatnya ya kalau mau mampir juga
Sebelum bertolak pulang kembali ke Depok, kami masih punya dua lokasi kuliner yang mau didatangi yaitu Lodeh Iwak Kali sama Bakso & Soto Sami Asih. Walau masih agak-agak kenyang akhirnya kami meluncur ke Lodeh Iwak Kali. Nuansa restonya sama kaya Djago Jowo, pawon joglo Jawa gitu. Dengan variasi makanannya berskema prasmanan. Yang menggiurkan adalah, semua lauk yang terpampang nyata kok gw suka semua. Gusti tolong mau beli semuaaa ???? Akhirnya kami ngambil babat goreng, usus ayam goreng, udang goreng, mangut iwak pe asap, kikil balado, daun singkong kuah santan, mendoan, tahu isi, dan bakwan. Minumnya Es Nangka. Ambooiii enaknyooo, sedep bener. De best dah. Mana terjangkau banget harganya, total Rp100.000. Pokoknya kalo ke Purwokerto lagi wajib selalu makan di sini. Nyam nyaamm… 🙂
Kalau kalian ke Purwokerto, resto ini wajib didatengin sih
Wis wareg mangan di sana, tapi kami masih punya satu tempat makan yang pengen dicoba. Walhasil tetep nekat untuk meluncur ke Bakso & Soto Sami Asih (Pak Birin) di Jl. Pramuka. Kedai bakso ini jiga termasuk kuliner legendaris karena sudah berjualan sejak 1974. Pesenan kami sama, bakso tetelan. Satu porsinya dape 1 bakso urat, 1 bakso telor, dan 3 bakso kecil. Untuk baksonya enak chewy dan renyah ndaging. Kuahnya agak sedikit keruh dengan cita rasa kaldu sapi yang gurih mengarah ke asin. Primadonanya adalah si tetelan dan jerohan sapi yang membersamai rombongan bakso dalam satu mangkok. Di mangkok gw mengambang seonggok iso sapi. Niat awal semangkok berdua, tapi berakhir dengan mangkok sendiri-sendiri. Alhamdulillah senangnya juga di sini kami bertemu dengan pimpinan di kantor yang juga warga Purwokerto. Beliau juga kebetulan lagi pulkam. Seneng banget ditraktir beliau hehehehehe kapan-kapan lagi ya, Pak. Matur nuwun sangettt 😀
Alamat Bakso & Soto Sami Asih (Pak Birin) ada di sini ya
Dengan berakhirnya makan di Sami Asih, berakhir pula petualangan kami di Purwokerto. Kami langsung menuju arah pulang. Rute perjalanan pulang kami berbeda dengan pas berangkat. Kami pulang melalui kota Purbalingga, Randu Dongkal, Bobotsari, Belik, Slawi, dan masuk GT Tegal. Kami sempat mampir nyemil dan istirahat di rest area heritage km 260 Banjaratma, Brebes. Gak lupa beli telur asin 😀 Alhamdulillah, setelah lebih kurang 6 jam perjalanan, kami tiba di rumah sekitar pukul 20.00. Sama seperti saat berangkat, kami sama sekali gak ketemu macet. Dalam pandangan gw, Purwokerto ini kotanya tergolong tenang dan cukup bersih. Selain itu, kayanya heritage city juga ya. Terbukti dengan banyak kuliner legendaris dan rumah/bangunan tua khas Belanda.
See you again, Purwokerto. Kayanya gw bakal balik lagi karena mau ke Bakso Pekih, Gudril, Museum BRI, Museum Jendral Soedirman, sama Museum Wayang Banyumas. Semoga berkesempatan lagi ke Purwokerto yaaa 😀