Beberapa waktu lalu, di sebuah platform media sosial, terbitlah sebuah -entah disebut apa- kalimat yang cukup menggelitik dan bikin ketawa, yaitu “My SPPD, My Adventure”. Menggelitik karena SPPD merupakan singkatan dari Surat Perintah Perjalanan Dinas, sebuah dokumen resmi yang menerangkan seseorang sedang dalam perjalanan tugas ke suatu tempat, biasanya berlaku di institusi pemerintahan. Menariknya, ternyata penugasan dinas ke suatu daerah memang bisa menjadi kesempatan kita untuk sekaligus mengeksplorasi tempat tersebut setelah menyelesaikan pekerjaan. Mencuri sedikit waktu kosong sebelum kembali pulang.

Hal ini juga gw alami. Beberapa kali menjalani penugasan ke sebuah daerah, juga gw manfaatkan untuk mengeksplorasi daerah tersebut, mulai dari bangunan bersejarah, ikon kota, hingga kulinernya. Terlebih kalau daerahnya belum pernah gw datengin, alias first time visit. Nah, kali ini gw mau mengabadikan pengalaman gw waktu berkunjung ke kota Pariaman dan kota Padang. Walau cuma sedikit, karena lebih banyak menyelesaikan penugasan, kunjungan ke sana tetap menarik dan layak untuk dibagikan wakakakakak…. Here we gooo..

Jumat, 1 Juli 2022
Akhirnya, untuk pertama kalinya, gw mendarat di Bandara Internasional Minangkabau. Selamat datang di provinsi Sumatra Barat, uhuuyyyy… Udara paginya seger banget ditambah sedikit aroma rendang hahahahaha… Pada penugasan kali ini, ada tim yang menjemput kami. Jadi, begitu sampai di bandara, kami sudah ditunggu oleh mereka untuk menuju Kota Pariaman. Sebelum mulai bekerjaa, perut tentu harus diisi dulu. Kami kemudian diajak untuk sarapan di sebuah pasar yang gw lupa namanya. Di sana, kami ditawarkan untuk mencoba Ketupek Tunjang. Hmmmm tawaran yang sungguh menarique…

Ketupek Tunjang atau terjemahannya adalah Ketupat Tunjang merupakan makanan populer di Kota Pariaman. Seperti namanya, makanan ini terdiri dari potongan ketupat yang disiram oleh kuah gulai dan tunjang sebagai lauknya. Primadonanya ya si tunjang ini. Bagi para penggemar masakan padang, tunjang tentu tidak asing ya. Tunjang adalah bagian dari kaki sapi yang direbus hingga empuk. Teksturnya lembut kenyal, beberapa ada yang terasa agak fatty. Tunjang ini dimasak gulai sebagai teman makan ketupat. Kebayang ya rasanya. Perpaduan pulen ketupat dengan kuah gulai yang hangat dan gurih, ditambah dengan tunjang yang lembut. Lamak banaaaa….

Bye, timbangan!

Sebagai pendamping hidangan, hampir selalu ada Sala Lauak yang juga harus banget dicoba. Sala Lauak merupakan kudapan berbentuk bulat khas Kota Pariaman yang terbuat dari tepung beras yang dicampur ikan teri dan ditambahkan dengan bumbu rempah lainnya. Karena menggunakan tepung beras, maka tekstur yang dominan adalah garing dan renyah. Apalagi kalau baru banget matang, yummyyy…

Setelah kenyang, edisi sarapan ini ditutup dengan Teh Talua alias Teh Telur. Sedikit banyak rasa dan bentuknya mirip dengan Teh Tarik. Namun yang membedakan adalah pada penggunaan telur di Teh Talua. Wah ini juga enak banget yaaa…

Baiklah, sarapan sudah, sekarang saatnya bekerja hahahahahaha… First stop, kami menghadiri sebuah kegiatan yang diselenggarakan di Pantai Gandoriah. Sebagai anak yang pemahaman geografinya agak kurang wakakakaka, gw pun baru tahu ternyata Sumatra Barat terletak di pinggir pantai. Pertama kalinya menyadari adalah saat mendarat itu pemandangan di jendela langsung ke laut. Lalu saat menuju Kota Pariaman, gw melihat banyak sekali pantai.

Kembali ke cerita, Pantai Gandoriah merupakan salah satu destinasi wisata di Kota Pariaman. Akses yang mudah, lokasi yang strategis, serta panoramanya yang indah menjadi daya tarik Pantai Gandoriah. Namun kemarin, karena sedang ada kegiatan yang memang melibatkan banyak orang dan waktu yang tidak terlalu banyak, gw gak begitu bisa eksplor keindahan pantainya. Jadi kalau ke Pariaman lagi, harus khusus nih menyediakan waktu untuk main ke sini lagi.

Setelah kegiatan di Pantai Gandoriah, kami menuju penginapan (Safari Inn Hotel) untuk persiapan salat Jumat. Lumayan gw bisa istirahat sebentar karena siangnya akan ada beberapa kegiatan lagi. Dan seperti biasa yaaa, sebelum kegiatan dimulai kembali, perut ini harus diisi duluuu ahhahahahha… Kami kemudian mampir makan siang di sebuah rumah makan seafood yang terletak di pinggir pantai. Sungguh gw lupa nama rumah makannya. Yang pasti, makanannya juga sedapp.

Penyajiannya dilakukan ala rumah makan padang. Jadi semua lauk disajikan dan nanti saat bayar, hanya lauk yang dimakan yang akan dihitung. Variasi lauknya cukup banyak, mulai dari ayam balado, ayam sambal hijau, gulai ikan, udang balado, ragam sayuran, dan gak ketinggalan, Sala Lauak.

Pengen pake semua lauk ya

Kelar makan, kami lanjut penugasan lagi yang tentu ga perlu dibahas di sini yaa.. Yang penting untuk dibahas adalah makan malam kami, makan penutup hari pertama bertandang ke Pariaman. Apa makan malamnya? Sate Pusako Pariaman. Yepp kita makan sate padang nihhh.. Walau gw bukan penggemar sate padang, tapi gw mau dong nyobain langsung di kota asalnya. Dan gak menyesal ya gw nyobain satenya. Enak cuy!

Sate Pusako Pariaman

Rupa-rupanya, ada perbedaan mendasar antara sate padang yang berasal dari daerah Pariaman dan sekitarnya dengan Bukittinggi dan sekitarnya. Kalau di Pariaman, bumbu satenya berwarna merah kental, hampir terlihat kaya saus sambal. Tapi kalau yang dari Bukittinggi dan sekitarnya, bumbunya cenderung berwarna kekuningan. Makin mantap satenya dimakan dengan kerupuk kulit alias jange. Sedaappp!

Sate khas Pariaman dengan bumbu merah kental, enak!

Well, hari pertama selesai sudah. Setelah makan sate, kami kembali ke hotel untuk beristirahat dan bersiap untuk kegiatan esok hari. Ciaoooo!

Sabtu, 2 Juli 2022
Hari kedua, setelah sarapan di hotel dan check out, kegiatan penugasannya cukup padat sampai menjelang sore. So, kita skip aja langsung ke sore hari. Setelah kegiatan selesai, kami kembali ke Pantai Gandoriah untuk bersantai dan beristirahat sambil ngobrol dengan ditemani es kelapa muda dan pemandangan pantai beserta debur ombak, haseeeekk…

Biar panas tapi adem (loh gimana?)

Setelah cukup beristirahat, kami memulai perjalanan menuju Padang yang akan ditempuh selama lebih kurang 1,5 jam. Tapi sebelumnya, kami menyempatkan mampir ke tempat konservasi penyu. Wah menarik banget, dapet wisata edukasi juga nih ternyata.

Kawasan konservasi Penyu ini berlokasi di Jl. H. Bagindo Dahlan Abdullah, Desa Apar. Sebagaimana kita ketahui bahwa Penyu merupakan salah satu hewan yang terancam punah, tentu saja keberlangsungan kehidupannya harus dikelola dengan baik. Pusat konservasi dan penangkaran ini menjadi salah satu upaya untuk menjaga populasi Penyu agar tetap ada. Semoga bisa membantu, dan para pengunjung yang datang tangannya gak pada usil ya megang-megang Penyu-nya atau ngasih makan sembarangan. Oiya di sana kita sempat melakukan prosesi pelepasan tukik loh. Seru banget, semoga para tukik itu semuanya survive mengarungi samudera dan hidup dengan layak.

Sehat-sehat ya, Penyuu

Selamat mengarungi kehidupan, semoga survive!

Selesai melepas tukik, kami melanjutkan perjalanan menuju Padang. Lumayan bisa istirahat sejenak di mobil. Kami pindah hotel ke Mercure Hotel Padang yang juga berlokasi di pinggir pantai. Jadi dari hotel bisa jalan kaki sekitar 10 menitan menuju pantai. Setelah check in dan bersih-bersih kami lalu lapar dan mencari makan malam. Pilihan jatuh pada sebuah resto seafood terkenal, yang gw juga lupa namanya hiksss.. Tapi inget menu yang gw pesen hahahaha… Gw pesan kakap bakar dan udang bakar. Udahlah kalo seafood mah gak pernah salah. Bumbunya mantep, meresap, seafood-nya juga enak. Bye, timbangan!

Kakap bakar yummy

Udang bakar terdabessss

Minggu, 3 Juli 2022
Waahhh gak kerasa sudah hari terakhir di sini. Alhamdulillah semua lancar dan menyenangkan. Hari ini, sambil nunggu jam penerbangan ke bandara, kami iseng jalan-jalan pagi di sekitar pantai. Kami menyusuri jalanan sepanjang Pantai Puruih. Lalu duduk-duduk sejenak di Taman Muaro Lasak dan menikmati pantai dekat Monumen Merpati Perdamaian.

Pantai Puruih

Taman Muaro Lasak

Monumen Merpati Perdamaian

Sayangnya, sepanjang jalan pantai ini sampah banyak banget berserakan. Bahkan di pantainya pun banyak banget sampah yang akhirnya kesapu ombak masuk ke laut huhuhuhuhu sedih banget. Nampaknya kesadaran warga setempat untuk bersama-sama menjaga kebersihan, masih kurang. Padahal, pantainya jadi destinasi wisata loh. Sad

Sad kan… T_T

Jalan-jalan ke pantai ini menutup perjalanan gw mengunjungi Padang-Pariaman. Kami kembali ke hotel dan bersiap check out menuju bandara. Lets go back to Jekardah…. Eh Depok denggg hahahahha… See ya di cerita selanjutnya, dadaahhh!