Singapore mungkin sudah bukan lagi menjadi destinasi wisata luar negeri yang istimewa. Namun buat saya, Singapore cukup istimewa. Apa sebab? Karena Singapore-lah saya pertama kalinya pergi ke luar negeri dan mencicipi terbang dengan pesawat terbang.. Jadi, perjalanan ke Singapore cukup istimewa buat saya 😛

Sebelum berangkat, saya sempat bertanya-tanya pada beberapa teman yang sudah terlebih dulu menginjakkan kaki di Negara Sir Thomas Stamford Raffles itu. Kebanyakan, mereka memberikan testimoni yang positif. Saya yang pertama kalinya merasa deg-degan (maklum baru pertama ke luar negeri :P), jadi agak sedikit tenang. Yang paling penting dari semua testimoni teman-teman adalah Singapore adalah sebuah Negara yang tourist friendly (ciee…turis nih yeee..).

Tourist friendly disini maksudnya, Negara yang punya luas hanya 700an km2 ini punya sistem transportasi yang super duper nyaman, aman, mudah dan murah. Walaupun kita baru pertama kali pergi ke Singapore, kita gak perlu takut kesasar atau salah jalan. Papan penunjuk jalan, papan informasi, hingga brosur sangat mudah diakses dan informatif. Penting, Singapore juga terkenal sebagai Negara yang aman. Tindak kejahatan disana sangat kecil.

Masalah bahasa menjadi wacana selanjutnya. Singapore adalah Negara yang multietnis. Mulai dari Tionghoa, India hingga Melayu ada disana. Dan menilik sejarah sebagai bekas Negara jajahan Inggris, sudah tentu bahasa Inggris juga menjadi bahasa Ibu disana. Jadi, untuk berkomunikasi kita gak perlu khawatir. Bisa pake bahasa Inggris atau Melayu. Oke sip!!

Locality Map

Locality Map

Deg-degan plus super excited. My first overseas trip should be the perfect one. Semuanya saya siapkan dengan matang sebelum berangkat. Baju, tiket Universal Studio Singapore, dan uang secukupnya (SGD dan Rp). Makin deket dengan hari keberangkatan, makin norak saya. Berkali-kali ngecek persiapan. Capee deehhh…

***
Minggu pagi (¼), saya udah cakep siap berangkat. Oia saya perkenalkan rekan seperjalanan saya. Utari Mahavira, Fetty Asihta, dan Mba Ellisa. Hanya saja, kita beda pesawat dengan Mba Ellisa. Jadi, kita janjian ketemu dengan Mba Ellisa di hostel tempat kita akan menginap. Perjalanan saya dimulai dengan menjemput Utari di kosan dan Fetty, juga di kosannya. Dengan mengendarai taksi kita langsung meluncur ke bandara Soekarno-Hatta International Airport (SHIA). Dasar baru pertama kali (buat saya pertama kali), kita kepagian sampai di bandara. Untuk pesawat yang take off pukul 07.15 WIB, sudah nunggu di boarding room sejak 05.30 WIB itu agak mati gaya lhoo..Akhirnya mau gak mau, kita leyeh-leyeh dulu di terminal 3 yang konon katanya bagus (maklum baru dibangun, masih bersih dan rapih).

Setelah lebih dari 1 jam nunggu, akhirnya panggilan buat kita boarding pun berkumandang. Segeralah kita berbaris memasuki pesawat Air Asia dengan nomor lambung QZ 7780. Sekali lagi, ini pertama kalinya saya naik pesawat lho. Begitu duduk di pesawat sebisa mungkin saya menuruti semua peraturan dan perintah dari pramugari dan pilot. Belajar tertib demi keselamatan sendiri dan umat. Inilah pertama kalinya gw ngeliat awan dari deket dan I’m flying in nowhere 😛

Lebih kurang 1,5 jam kemudian, mendaratlah kita di Changi International Airport (CIA). And here we are now! We are in Singapore. Welcome guys! Baru mendarat di CIA aja udah bikin saya kagum. Bagaimana tidak, bandaranya bersih dan teratur. Saya bisa ngeliat gimana para petugas bandara bekerja dengan baik. Gak terlihat antrian. Ketika ada barisan yang kosong, dengan sigap para petugas akan memerintahkan orang-orang yang antri di barisan panjang untuk pindah. Semata-mata untuk efisiensi waktu. Great! Ayo Pak Dahlan Iskan, Indonesia juga harus bisa nih!

Setelah selesai mengurus segala sesuatunya di CIA, kita memutuskan untuk langsung pergi ke hostel. Selain menaruh barang bawaan, juga untuk mengatur strategi pergi kita dalam 3 hari 2 malam ke depan. Di bandara semua tersedia. Langsung aja kita ambil brosur MRT (Mass Rapid Transportation) untuk melihat halte-halte yang akan kita lewati selama di Singapore. Jangan lupa juga untuk beli kartu Singapore Tourist Pass atau EZ link untuk memudahkan kita bertransaksi saat berkendaraan umum di Singapore. Cara pakainya sangat mudah, kita tinggal isi ulang dan tempel kartu di mesin tiap kendaraan umum. Otomatis terbayar dengan pemotongan saldo kita.

Then, here we go to the hostel. Kekaguman kedua saya pada Negara ini adalah pada MRT-nya. MRT ini kalo di Indonesia mungkin bisa disamakan dengan kereta listrik atau bus transjakarta. Kita naik dan turun di halte yang dituju. Hanya saja bedanya, MRT di Singapore sangatlah bersih dan tepat waktu. Gak terlihat coretan atau fasilitas yang dirusak. Masyarakat Singapore bisa naik MRT dengan model baju apa saja tanpa pernah takut dilecehkan. Yang paling penting, kursi khusus untuk lansia, ibu hamil dan orang cacat, meski kosong tidak ada satupun orang yang berniat menempatinya. Kebayang kalau di Indonesia, laki-laki dewasa sehat aja gak mau ngalah sama perempuan (huufftt..).

Setelah sekitar 45 menit dari CIA, sampailah kita di hostel kita yang bernama The Mitraa. The Mitraa terletak di 427 Race Course Road Singapore 218673. Gak terlalu susah mencari hostel ini. Keuntungannya selain dekat dengan halte MRT, dekat juga dengan Mustafa center, salah satu pusat belanja oleh-oleh murah di Singapore.

The Mitraa Hostel

The Mitraa Hostel

Sesampainya di The Mitraa, ternyata Mba Ellisa sudah sampai terlebih dulu. Yeaayy, lengkaplah sudah anggota berempat. Kita langsung check in dan beres-beres barang. Oia, kamar yang kita sewa ini bentuknya dorm dengan 6 kasur. Jadi, karena kita berempat, tersisa dua kasur nantinya bisa disewa oleh turis lain. Intinya, kita satu kamar sama orang lain.

Setelah beres-beres dan bersih-bersih sebentar sambil menghilangkan penat, kita langsung bersiap untuk jalan cari makan siang. Sempat agak bingung juga mau makan dimana. Akhirnya setelah sempat berunding memutuskan rundown perjalanan keseluruhan, kami memutuskan untuk makan siang di Lucky Plaza.

Lucky plaza terletak di sepanjang Orchard Road. Di sepanjang jalan itu juga, berdiri cukup banyak pusat perbelanjaan. Selain Lucky Plaza, ada juga Takashimaya, Ion Orchard. Cari makan yang murah ya tepatnya di food court. Akhirnya perut saya terisi dengan Hainamese Rice Chicken dan Sweet Ice Tea, kalo gak salah 4SGD saja. Buat makan di Singapore memang mesti agak hati-hati karena masih ada beberapa restoran yang menjual babi. Kalau mau aman, memang lebih baik beli makanan Indonesia (Nasi Padang, pecel ayam, ada kok). Atau paling gak, liat yang ada tulisannya “No Pork, No Lard”. Yah, walaupun gak menjamin juga sih. Bismillah aja deh, hehe,,, 😛

After lunch, kita jalan-jalan sebentar di Orchard Road. Setelah itu langsung menuju ikon Negara Singapore, Merlion Park. Dari Orchard agak lumayan, karena sepertinya kita salah keluar pintu MRT, jadi agak muter sedikit. Dan cuaca Singapore sama panasnya dengan Indonesia. Tapi enaknya, biar panas, gak ada polusi. Maklum deh, jumlah kendaraan pribadi sedikit. Kendaraan umumnya pun masih bagus-bagus. Gak ada yang knalpotnya mengeluarkan asap hitam seperti di Indonesia.Jadi, mari kita nikmati saja perjalanan ini.

Sebelum sampai di Merlion Park, kita sempet mampir juga di sekitaran Esplanade. Foto-foto jadi kegiatan wajib. Lumayan di tengah kota, kita jadi bisa liat Hotel Ascott, dan salah satu Hotel yang cukup terkenal Fullerton Bay Hotel. Setelah puas foto-foto di sekitar Esplanade, kita kemudian jalan lagi dan sampailah di Merlion Park. Hello Merlion 😀

Hello Merlion :D

Hello Merlion 😀

Istirahat sebentar sambil duduk-duduk dan foto-foto di Merlion lumayan menghilangkan penat. Panas sih, tapi anginnya ngebantu kok. Terlihat juga banyak orang Indonesia disana. Ngeliat sekeliling Merlion Park, ada sebuah bangunan tinggi dengan 3 gedung dan atap berbentuk seperti kapal. Atap itu berfungsi sebagai kolam renang. Sementara ketiga bangunannya masing-masing adalah perkantoran, sekolah, dan pusat perbelanjaan. Kemudian ada sebuah gedung unik yang katanya memang berfungsi sebagai Art Center Singapore. Terakhir, Esplanade itu sendiri, gedung besar yang biasa dipakai sebagai tempat konser. Oia, sejauh mata memandang juga tampak sebuah bianglala besar.

Pose!

Pose!

 

Art and Science Center

Art and Science Center

 

Bianglala

Bianglala

Hampir dua jam kita berjibaku di Merlion Park, Esplanade dan sekitarnya. Saatnya pindah tempat. Tempat berikutnya adalah tempat belanja. Kita emang rencana belanja oleh-oleh di hari pertama biar di hari kedua sudah bisa di-packing, jadi hari ke tiga tinggal angkut bawa pulang. Tujuan kita Bugis Street dan Mustafa Center. Naik MRT lagi kita.

Setelah sampai di Bugis Street, kita langsung melihat-lihat. Bugis street ini bentuknya kaya pasar. Menjual barang-barang oleh-oleh, mulai dari kaos, jam tangan, key chain, magnet, dll. Tapi kita gak merasa murah-murah. Akhirnya kita batal belanja di Bugis street dan memantapkan hati untuk ke Mustafa Center. Di Bugis street, saya Cuma beli jam tangan seharga 5SGD dan segelas jus alpukat seharga 1SGD.

Oke move to Mustafa Center. Karena Mustafa center lokasinya dekat dengan The Mitraa, jadi harapan kita abis belanja bisa langsung cepet sampai hostel. Bawa barangnya gak lama-lama. Dan memang benar saja, di Mustafa Center lebih murah dibanding Bugis street. Ya sudah, kita hajar belanja disini aja. Semua dibeli, mulai dari coklat, key chain, gelas, pulpen, kaos, sampai gunting kuku. Buat oleh-oleh semua ituuu…

Well, abis kalap belanja, kita laper berat. Bingung juga mau makan apa, karena itu udah jam 21.30 waktu Singapore.Tempat makan sudah mulai pada tutup. Tapi kita harus makan. Akhirnya KFC jadi pilihan kita. Namun sayangnyaaaaa, KFC Singapore gak menyediakan nasi. Jadi mau gak mau kita Cuma makan ayam doang sama mashed potato. Ouch..mashed potato-nya pun tak begitu enak di lidah. Cita rasa resep Colonel Sanders KFC Singapore pun sedikit berbeda dengan KFC Indonesia..Oh, kita rindu nasi

Habis makan, saatnya pulang. Agak keder disini. Karena seperti yang udah dibilang, sebenernya Mustafa Center itu deket dengan hostel kita, tapi ini kok kita jalan gak sampe-sampe. Baiklah ternyata kita salah gang -__-“ Sampai di The Mitraa kita langsung beres-beres, bersih-bersih dan bersiap tidur. Dan ternyata kita dapat kejutan, ada satu orang lagi yang sekamar sama kita. Dari Belanda. Well, selamat bergabung dengan kita. Selamat tidur dan persiapkan diri anda untuk perjalanan esok hari.

***
Well then, this is the second day, Monday (2/4). And we are going to go to Universal Studios Singapore. Hell yeaaahh!!! Universal Studios Singapore (USS) terletak di Sentosa Island. Jadi untuk kesana, kita selain naik MRT umum, juga akan naik MRT khusus ke Sentosa Isand. Dan seperti yang sudah dibilang, biar kita gak kebayang tempatnya, kalo ikutin petanya dijamin sampai deh…As easy as it.

Sentosa Station

Sentosa Station

 

Turis wakakakakaka

Turis wakakakakaka

Makin norak ketika akhirnya saya sampai ke Sentosa Island dan mencari USS. Super seru dan excited. Tapi sebelum masuk ke USS, kita harus tuker tiket dulu di booth travel. Karena kita beli di travel agent di Margonda. After we’ve got the tickets, langsung kita lari menuju loket USS. Sebelumnya, foto-foto dulu dong di ikon legendaris USS yang berbentuk bumi bulat sedang berputar itu.

The Legendary Globe

The Legendary Globe

Setelah masuk, makin kagum. Karena tempatnya bagus banget. Sebenernya konsepnya kan lokasi permainan ya, gak jauh beda sama Dufan. Tapi USS ini karena disponsori perusahaan film besar, jadi di tiap komplek permainannya bertema. Ada Madagascar, The Lost World, The Mummy Returns, Shreks, Sci-Fi City, dll. Sebenernya saya pribadi bukan penggemar film-film yang ada di USS, tapi gak mungkin dong saya sia-siain.

Arena permainan pertama yang kami coba adalah Madagascar. Tematiknya gak kira-kira. Arena permainan betul-betul disetting sedemikian rupa menyerupai film Madagascar. Servis faktor keamanan dan kenyamanan pengunjung dari manajemen USS juga patut kita acungi jempol. Dalam setiap wahana permainan, sebelum pengunjung naik, petugas dengan sigap dan hati-hati memeriksa semua kelengkapan permainan. Di sekitar lokasi wahana juga dipasang berbagai fasilitas keamanan lainnya. Perlengkapan penyelamatan pun terlihat lengkap. Setidaknya, secara psikologis, pengunjung akan merasa aman mau naik wahana apa pun.

Semua wahana permainan di setiap tema kita nikmati bersama-sama. Saya yang gak pernah mau naik roller coaster pun tergoda untuk berani naik di USS. Jujur, kalau di Dufan saya takut. Tapi dari sekian banyak rollercoaster yang tersedia, ada rollercoaster pamungkas yang tetap dengan tegas gak berani saya naiki. Rollercoaster ini bernama Battle of Galactica. Terdiri dari dua rollercoaster yang jalan bersamaan. Relnya panjang dan ekstrim. Gak berani deh 😛

Wahana terakhir yang kami naiki terletak di Sci-Fi City. Dengan tema Transformer. Antriannya panjang banget. Untuk antri naik aja kita hampir 1 jam baris. Agak pegel sih, tapi setelah menikmati permainannya, it was the best one! Saya gak bisa nyusun kata-kata buat menggambarkannya (lebay..). Intinya hampir 5 jam kita disana, dan puaaaasssss… Gak dipungkiri juga kami benar-benar kagum sama USS. Bagaimana nanti kalau berkesempatan mengunjungi Disneyland ya? Hmmmm….

Puas bermain, kita kemudian berkeliling USS. Foto-foto di setiap sudut. Di USS ini juga dibuat miniatur beberapa kota. Termasuk Hollywood. Lengkap dengan bangunan-bangunan pentingnya dan berbagai toko imitasi di pinggir jalan. Layaknya kota kecil di dalam taman bermain besar. Toko-toko tersebut juga ada yang menjual berbagai memorabilia tokoh-tokoh USS. Dan yang pasti toko yang menjual berbagai official merchandise USS. Di sini saya sempet beli oleh-oleh berupa T-Shirt dan laptop case.

Nunggu bis lewat

Nunggu bis lewat

 

Revenge of the Mummy

Revenge of the Mummy

Yang menarik lagi, di jam-jam tertentu akan keluar tokoh-tokoh di film hasil produksi USS. Nantinya kita bisa foto bersama. Ada Frankenstein, Transformer, Kung Fu Panda, Woody Woodpecker, sampai Marilyn Monroe. Intinya jalan ke USS, capek banget tapi serunya lebih banget!!

Beautiful Marilyn Monroe

Beautiful Marilyn Monroe

 

Aselik ini kaget

Aselik ini kaget

Setelah melepas lelah sejenak, kita pulang dari USS. Pulangnya setelah keluar dari Sentosa Island, kita iseng untuk coba keliling Singapore naik bus. Dengan cara yang masih sama, hanya menempelkan EZ link kita, kita bisa keliling Singapore. Setidaknya kita bisa liat Singapore itu secara (hampir) keseluruhan. The bus then stopped at Takashimaya. Di Takashimaya kita istirahat sambil makan es krim legendaris. Harga eskrimnya Cuma 1SGD. Emang enak sih, bentuknya kaya es potong. Tapi saya Cuma bisa ngabisin 1 potong aja. Lumayan makan es krim sambil duduk-duduk meresapi Singapore 😛

Abis puas makan es krim, kita memutuskan untuk kembali ke Lucky Plaza dan membeli beberapa yang lucu-lucu. Kaos oblong jadi pilihan. Tees “I LOVE SINGAPORE” jadi pilihan oleh-oleh terakhir. After all the tees are packed, we’re going back to the hostel. Istirahat dan mulai packing untuk pulang besok. Ah,,gak kerasa besok sudah harus kembali ke Jekardah tercinta

***
Tuesday (¾), wake up late..Mandi, sarapan, dan packing. Karena agak kesiangan kita bingung juga mau kemana dulu sebelum ke CIA. Jam nanggung. Akhirnya setelah berunding bersama, kita memutuskan untuk pergi ke lokasi khas Singapore yang searah sama CIA. Dan lokasi itu adalah Clarke Quay. Clarke Quay adalah lokasi bersantai yang sepertinya lebih indah kalau malam hari. Bentuknya kaya little port gitu, dan memang ada penyewaan kapal untuk menyusuri sungai kecilnya. Cuma karena keuangan kita sudah menipis, kita gak naik kapalnya. Duduk-duduk aja menikmati angin sepoi-sepoi sambil foto-foto tiada akhir.

Clarke Quay

Clarke Quay

Ngobrol-ngobrol, ketawa-ketawa seru berterimakasih atas perjalanan yang menyenangkan ini. Setelah hampir dua jam ngalor-ngidul, kita melanjutkan perjalanan menuju CIA. Sesampainya di CIA kita harus berpisah dengan Mba Ellisa yang beda pesawat. Sambil nunggu boleh masuk ke boarding room, kita menyempatkan makan siang terakhir di CIA. Alhamdulillah, makan siangnya super enak, Cuma 5SGD lagi..Murah dan enak. Sisa uang SGD saya, dihabiskan untuk beli barang buat saya sendiri. Payung lipat, Sendal jepit, dan kartu pos jadi barang terakhir yang saya beli di CIA sebelum akhirnya kita menuju ke boarding room.

Sempet delay setengah jam, akhirnya pesawat Air Asia QZ 7789 siap membawa kita kembali pulang ke Jakarta. Perjalanan malam dan bad weather pas mau landing sempet bikin deg-degan tingkat tinggi. Sempet 15 menit gak bisa mendarat, akhirnya Alhamdulillah mendarat dengan cantik di SHIA. And welcome back Jakarta!

Udah makan di Singapore ternyata masih bikin kita laper begitu sampai SHIA. Bakmi Gajah Mada jadi pilihan makan malam kita hari itu. Aduuhh,,mie gorengnya berasa enak banget..hahahaha… Kangen juga pastinya sama Jakarta. Selesai sudah perjalanan sekitar 72 jam di Singapore. Good trip, great fellas and nice country, Singapore!